my new life

>> Monday 30 March 2009

its my new life.........

first test D90 D-Movie from fierman on Vimeo.

im soooooooooooo HAPPY , serasa lahir kembali....

saatnya meng-explore lebih jauhhhhhhhh ^^ i love D90

Read more...

>> Friday 27 March 2009



Mahou Premium Light is a new beer with 35% less calories. The spanish agency El Laboratorio commissioned an advert to director Nico Caicoya from Agosto, with the claim “There’s a lighter world. Coming up?”.

To express this concept, the story would show a couple of dancers taunting gravity. But Nico Caicoya didn’t want to use posproduction effects, instead of that, a rotating set was built for the shooting in Prague. When it seems that the actors dance all over the walls, it’s the camera and the entire set the ones that are turning upside-down.

Choreography was created by Suple, a choreographer that has worked before with artists such as Jamiroquai and Madness. On the other side, the music is a cover of Technotronic’s Pump up the jam, made by the canadian swing trio Lost Fingers.

+Info Agosto

Title: Lighter world.
Client: Grupo Mahou - San Miguel
Agency: El Laboratorio
Director: Nico Caicoya
Creative team: Carlos Holemans, Daniel Ilario, Manuel Montes, Jesús Lada y Carla Romeu
Account team: Rafael Silvela, Ignacio Olazábal y Carolina Paramio
Agency producer: Paul Severn (Central de Producers)
Production company: Agosto
Producer: Anahí Puig and Víctor Mata
DoP: Paco Femenía
Posproduction supervisor: Sergi Roda
Music: Lost Fingers
Time: 45″

Source : Adverbox

Read more...

Quote of the day

>> Tuesday 24 March 2009

hari ini gue baru baca sebuah topik seru di milis CCI soal pemenang Young Lotus Adfest (Gw sih gak ikut - ikutan posting... kan gw gak kerja di dunia iklan ^^, jadi menyimak aja deh), di tengah - tengah perdebatan ada sebuah kata - kata menarik yang di lotarkan oleh Glenn Marsalim. Ini diaaaa :

Benci liat iklan jelek melulu,
ya coba bikin iklan bagus sendiri.
Benci liat iklan lain menang awards,
ya coba bikin iklan yang menurut kita pantas menang.
Benci sama CD yang menurut kita gak OK,
ya coba kerja keras biar bisa jadi CD yang OK suatu hari.
Benci sama klien yang revisi melulu,
ya coba bikin yang bikin klien itu jatuh cinta tanpa kompromi.

Gue suka gaya loe...

kalo misal di taroh ke gw

Benci liat sinetron jelek melulu
ya coba bikin film pendek yang bagus
Benci liat foto yang gitu - gitu mulu
ya coba bikin foto yang beda banget
Benci kerja ama orang lain mulu
ya coba bikin usaha sendiri biar nyaman
Benci gak punya mobil
ya coba kerja keras dan berhemat biar bisa beli mobil... hahahaha....

intinya... Jadi orang jangan OmDo, ngomong benci doang tapi gak ada action buat ngelawan kebencian tersebut. ^^

Thanks Glenn buat kata - katanya ^^

Read more...

Akhirnya... dapet juga D90

>> Monday 23 March 2009

agh... akhirnya hari jumat kemarin dapet juga tuh D90... Otak gue langsung bilang : "besok ngapain ya? harus di cobain nih..." Hahaha... excited banget dahhh... setelah penantian beberapa bulan gitu....

besoknya langsung gue cobain di kota mumpung pas lagi ke arah sono, bwat ngetest doang sih... kira - kira seperti yang gue perkirakan apa nggak? Pas gw cobain di sono sih, seneng banget gw... wasikkkk hasilnya seperti yang gue inginkan... di sono gw ngerasa soal fokus, masih bisalah secara manual... tinggal soal iso doang nih yang masih belom bisa gue kejar... gileee... masih nggak ngerti gimana cara ngakalinnya.... aghhh..... (harus cari - cari di blog lagi nihhhh)

tapiiiii.... nah ini dia... Begitu gw nyampe rumah... begitu gw buka laptop trus gw copy hasil videonya...

TING TONG!!!

nggak seperti yang gw kira hasilnya... yang pertama... sebagian besar hasil videonya Under... kedua... nggak dapet focusnya... Agh... RIBET!!! ternyata... tapi harusnya sih bisa... orang di Vimeo aja pada bisa bikin yang bagus - bagus... Masa gue nggak?

Semangat, Yatta!

Read more...

Bedah buku Sex After Dugem

>> Saturday 21 March 2009

coba menulis dengan bahasa yang cukup baik :)

Baru saja 20 Maret 2009, tepatnya pada pukul 19.00 WIB telah berlangsung acara Bedah buku "Sex After Dugem, Catatan Seorang Copywriter" (disingkat SAD) karya Budiman Hakim. Seorang Copywriter, Creative Director sekaligus salah satu pemilih Agency Macs909.

Tak heran jika buku ini laris di pasaran hingga sekarang ini sudah memasuki cetak ke dua. Pasalnya meskipun dilangsungkan dengan tempat yang cukup sederhana, bedah buku kali ini ternyata tetap saja mengundang para pengunjung yang hadir di Gramedia tersedot acara ini. Bahkan mereka rela untuk berdiri selama kurang lebih dua jam untuk menyimak bedah buku tersebut.

Dalam acara tersebut selain di hadiri oleh sang penulis, juga di hadiri orang - orang yang "terlibat" dalam buku tersebut seperti Amrie Z Noor (Sahabat penulis sekaligus Presiden Director Agency Madcom) , Tika Bisono (Sahabat penulis sekaligus Psikiater), dan Sapardi Djoko Damono (Idola dan Panutan penulis sekaligus Dosen).

Bedah buku di buka dengan pembacaan salah satu judul, dari tiga puluh empat judul cerita pendek yang ada di buku SAD. Dan dilanjutkan dengan ngobrol - ngobrol dengan penulis seputar latar belakang dan tujuan pembuatan buku SAD, serta pengalaman - pengalaman yang di alami sehingga memunculkan ide - ide yang mendasari terbentuknya buku tersebut. Sedangkan para pembicara yang semua "tidak di bayar" di todong oleh pembawa acara untuk menceritakan kesannya ketika membaca buku, pendapatnya soal hubungan isi buku dengan dunia periklanan, serta membedah pribadi sang penulis.

Budiman Hakim ternyata tak hanya pandai membuat orang tertawa melalui bukunya SAD, ternyata dia juga pandai melakukannya secara Live. Selama hampir dua jam acara berlangsung, selama itu pulalah sering terdengar gelak tawa dari audience yang hadir. Namun tak tawa saja yang di berikan oleh Budiman Hakim selama acara tersebut, cukup banyak ilmu - ilmu yang secara tidak langsung di tularkan oleh Budiman Hakim kepada audience yang hadir.

Seperti bagaimana dia bisa termotivasi untuk menulis hal - hal sepele, setelah melihat puisi sang dosen
Sapardi Djoko Damono yang terinspirasi dari hal sepele. Juga bagaimana seorang Copywriter bisa menuangkan apa yang dia rekam dalam bentuk kata, serta pemilihan kata yang tepat bisa menimbulkan makna. Disitu juga Budiman Hakim sedikit "mengungkap" tabir ilmu - ilmu copywriting yang disisipkan di beberapa ceritanya. Dan tentunya lagi - lagi mengajarkan tentang bagaimana seorang copywriter harus belajar untuk menjadi orang yang peka terhadap apapun.

Di akhir acara Bedah Buku "Sex After Dugem, Catatan Seorang Copywriter, Budiman Hakim memberikan sebuah kata mutiara bagi siapapun yang ingin mencapai cita - citanya ataupun mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

"Bekerjalah dari apa yang kita punya, dari apa yang kita bisa. Mulai dari Sekarang"

Dan seperti biasanya, bedah buku di tutup dengan pemberian tanda tangan oleh Penulis. (FM)

ahahaha... aneh gw baca tulisan gw sendiri hahaha... kaku banget...

beberapa cerita yang perlu gue inget :

  • cerita tentang bagaimana om bud, mentranslate kalimat bahasa inggris dalam iklan Rolex menjadi bahasanya sendiri. Dan itu berhasil membuat sang klien suka dengan hasil kerjanya, karena bukan hanya asal translate dari bahasa inggris ke bahasa indonesia... Tapi menurut gw om bud telah memberikan nyawa dalam hasil translatenya tersebut.

  • cerita soal kepekaan dosennya terhadap hal - hal sepele seperti matahari di kala pagi dan bayangan yang ditimbulkan hingga menghasilkan sebuah puisi yang bagus sekali. Dan membuat om bud terlecut untuk membuat puisi serta menghasilkan karya dari hal - hal sepele seperti Buku SAD yang merupakan hasil rangkuman dari potongan - potongan cerita yang di dapatkan dari hal - hal sepele di sekitarnya.

Yang gw sayangin dari acara ini tuh satu doang... Pembaca Acaranya GARING banget... sampe kadang becandaannya dan cara dia berekspresi... (muka sotoy + merendahkan orang lain) ngerusak suasana... Agh...

Read more...

Pemilu 2009

>> Friday 20 March 2009


iseng lagi... bwat pemilu 2009 :)

Read more...

Belajar menjadi pribadi yang lebih baik di Gatheringnya CCI ke 7

>> Thursday 19 March 2009

Belajar di Gatheringnya CCI yang ke 7 di 9 Clouds

Kemarin sore sengaja gw pulang lebih cepet ( jam 16.30) , biar bisa dateng tepat waktu ketemuan sama orang yang mau beli lensa 85mm saya di semanggi jam 18.00, dan di gatheringnya CCI di 9 Clouds, Menara Jamsostek Jam 19.00 nya... Tapi jakarta emang bener – bener dah parah macetnya... saya nyampe semanggi jam 18.30 jadinya pas nyampe jamsostek udah jam 19.30. Untungnya acara baru mulai sampai acara makan - makan. :) hehehe... Hajar Blehhh... LAPAR...

Abis makan ambil posisi paling belakang di deket bar tepatnya... biar lebih enak dengerinnya, sama sering liat “iklan” lewat ahahaha... nggak lama duduk disitu eh... ada cewek manis duduk di sebelah gue... iseng aja nanya “dari kantornya om budiman ya?”, “bukan kok, saya *******[Jabatan disamarkan :p]-nya sini...” wuitz... boleh juga tuh... Trus mulai dah SSI... Speak speak iblisnya keluar...Ups... STOP disini kan gw mau nulis soal gathering yak... bukannya FR :D hehehe... lanjut ke gatheringnya... gue coba merangkum beberapa obrolan dari para pembicaranya yang masuk ke otak gw yak... [sering keganggu iklan sexy lewat soalnya...jadi kadang yang di obrolin ama pembicara di depan jadi nggak masuk ke otak...] hahaha...

Chapter 0 : Daniel Remberth

Gathering kali ini di pandu oleh om Daniel Remberth... tapi sayangnya om DanRem nggak terlalu banyak ngobrol jadinya nggak ada yang nyangkut di otak gw. effect-nya ya... nggak ada yang bisa gue tulis deh disini (>,<)// . Cuman yang gue inget sepertinya om DanRem ini nggak "Segalak" yang gw kira saat gw membaca tulisannya dimilis (^_^)//. Tapi... sepertinya juga nih... orangnya agak kaku kalo belom kenal bener ahahaha... jadi harus pake "Prinsip tak kenal maka tak sayang (^.^)//" hehehe... Next time kalo ketemu lagi pengen ngobrol ah...

Chapter 1 : Budiman Hakim


Gathering di buka sama om budiman dengan becandaanya yang bikin orang ketawa lepas... Jadi keinget bukunya “Sex After Dugem” , emang bener - bener dah... om bud ebat. soalnya ngebaca bukunya sama ngedengerin dia ngomong nggak ada bedanya... dalam artian tulisannya begitu mengalir... seperti mengalirnya obrolan dan joke - joke ringan yang keluar dari mulutnya.... (apa karena dulu, om doyan pake gele’ ya...? jadinya gampang bikin joke - joke gitu... hahahha)

Trus sempet juga ada selipan Video dari Djito Kasilo yang nggak kalah kocaknya... hahahaha... tapi di beberapa scene video itu juga bikin kita jadi “terharu”.

Link Youtube



Gile ya... sempet - sempetnya bikin video gokil kyk gitu... asli keren menurut gw... tuh videonya “ayah” Djito bener - bener sebuah contoh presentasi yang keren... karena gw sebagai audience bisa ikutan terpancing untuk sesaat menganggap video tersebut Kocak abis, trus nggak lama kemudian jadi serius, dan nggak lama kemudian bikin terharu dan di ujung cerita bikin kita termotivasi... sayangnya gw kebanyakan ketawa jadi nggak inget bener gimana detailnya.. ntar kalo boleh gw mo minta videonya ah... trus gw pasang disini. (akhirnya gw dapet dari om Budiman Hakin video ini... Thanks ya om bud... , sepertinya om Djito sekarang masih di Pataya ya?)

sebenernya sih tema yang di bahas soal kenapa kok sekarang nggak ada rising star... cuman nggak tau kenapa dari beberapa pembicara gue malah nangkepnya “ilmu dan movitasi” yang lain...

oh iya, om bud juga muter sebuah iklan dari thailand...

Link Youtube



trus om bud bercerita kalo dulu video tersebut di bawakan oleh salah satu anak magangnya ke om bud sambil bilang.

“om, ini gw ada salah satu TVC dari thailand... coba deh di tonton... tonton sampe abis ya...”. kata anak magang asal padang panjang tersebut.
“bagus...” Jawab om bud
“gw bisa bikin yang lebih bagus dari itu om... Asalkan gw nggak di ketemuin ama klien - klien rese’ seperti Telkomsel lah atau apalah... pokoknya kalo gw di kasih kesempatan gw pasti bisa bikin yang lebih bagus dari ini om”. Lanjut si anak magang...

(kira - kira aja ya... pokoknya intinya gini deh :p, ini gw karang sendiri sesuai yang gw inget).

Trus om bud mulai menyambung ceritanya lagi... Jadi apakah harus rising star itu nggak berhubungan dengan klien yang “rese”? kalo menurut saya, orang iklan yang bagus itu ya... orang yang bisa menangani klien - klien “rese”. Harusnya mengerjakan Brief dari klien itu adalah bagian dari latihan...

sebetulnya kalo kita melihat ke Thailand sendiri, iklan – iklan yang setiap hari tampil itu juga bukan iklan – iklan pemenang award... tapi ya sama aja seperti iklan – iklan yang ada di sini...

trus kebanyakan jeleknya orang yang mau terjun ke dunia advertising itu adalah banyak dari para anak - anak baru yang hanya terbuai dengan refreshingnya saja, seperti award dan PSA... sampai – sampai merasa terkekang ketika harus mengerjakan adv yang sebenernya (buat klien). Padahal seharusnya kita menganggap, festival itu adalah sebuah olimpiade dan bikin iklan untuk klien setiap hari adalah latihannya.... jadi kalau kita nggak bisa sukses dalam berlatih... ya... gimana mau sukses dalam olimpiade?

Chapter 2 : Amrie Z Noor

Mengambil pelajaran dari gaya hidup david droga. Sepertinya hal inilah yang di bawakan om Amrie pada malam tersebut. Sesuai dengan Tema yang di angkat "Rising Star", om Amrie menjadikan David Droga sebagai contoh Rising Star. Bukan hanya karena prestasinya yang segambreng tapi juga gaya hidup Kerja Kerasnya. Om Amrie menceritakan bagaimana David Droga pada umur 20 Tahun bisa menjadi CD, di situ om Amrie menceritakan bagaimana kerja kerasnya seorang David Droga hingga bisa menghasilkan ide - ide yang brilyan.

David Droga bekerja lebih kerja keras... ketika teman sekantornya sudah terlelap... dan dia masih tetap di kantor untuk menemukan ide yang lebih baik... bahkan sampai berhari - hari "tidur" dikantor demi mendapatkan ide yang spektakuler... dari situ kita bisa melihat secara otomatis “jam terbang” david drogapun menjadi jauh lebih tinggi dari orang – orang di sekitarnya...

Dan juga jadi orang tuh harus peka melihat apa yang sedang terjadi atau berubah di sekelilingnya. Seperti misalnya contoh iklan droga, dia membuat sebuah iklan dengan budget super rendah (budget media). Dengan memanfaatkan media email serta forum yang seringkali di warnai dengan isu HOAX seperti misalnya info soal Kiamat atau Tabrakan Meteor dengan bumi. Info - info HOAX seperti itu biasanya menjadi cepat sekali menyebar dari teman keteman yang lainnya... Disinilah kepekaan david droga menjadi sebuah peluang emas untuk memasarkan sebuah produk.

Saat itu (kalo nggak salah denger) david droga membuat sebuah iklan untuk sebuah game Getting Up buatan Mark Ecko, dengan membuat sebuah sebuah video berisi adegan seseorang menerobos Air Force One camp, dan kemudian membuat grafiti "Still Free" di sisi pesawat air force one... dan kemudian video tersebut di sebarkan melalui internet. Saking miripnya dan hampir berasa nyata... banyak orangpun terkecoh dan mengira bahwa video (yang sebenarnya iklan) tersebut adalah rekaman asli seseorang yang berhasil menerobos Markas Air Force One... dan nggak perlu waktu lama. Sama seperti menyebarnya Virus ataupun Hoax di email ke email... dan melalui email itulah tersebarlah jutaan copy iklan tersebut di seluruh dunia, bahkan di email – email di seluruh dunia...

Ternyata peka sepertinya harga mati bagi mereka yang bergerak di bidang Advertising seperti Iim Fahima (baca Chapter 5) dengan Virus Communicationnya, juga om amrie sendiri dengan facebook... salah satu hal kecil yang dia ceritakan adalah dia membuat sebuah group yang diberi nama "Community of Indonesian Golfers". Tidak di sangka ternyata dalam jangka waktu 1 bulan, dia bisa memperoleh jumlah anggota sebanyak 750 orang dan dasarnya orang periklanan yang insting jualannya kenceng - kenceng... amrie pun menawarkan untuk "mengiklankan" sebuah brand perlengkapan golf (kalau nggak salah inget) dengan "fee"-nya adalah beberapa buah produk dari brand tersebut. Facebook gitu... gak nyangka kan? dari hal se-simple itu bisa dapet barang yang nggak murah (secara gitu.... barang - barang bwat maen golf kan mahal - mahal...). Jadi... intinya kalo dari chapter ini yang masuk ke otak gw adalah Kerja Keras dan Peka membaca peluang :).

Chapter 3 : Ivan Handoko

pembicara berikutnya adalah ivan handoko (kalo namanya nggak salah inget) , kalo nggak salah juga nih... dia tuh udah beberapa kali dapet award di luar... :

Yang gue dapet dari obrolan si ivan adalah seorang rising star itu bisa keluar karena dia berada lebih tinggi dari sekelilingnya. Salah satunya adalah mereka yang memiliki talent sehingga bisa menghasilkan karya yang outstanding... Tapi... apakah talent itu hanya dimiliki oleh orang - orang yang emang udah di karuniai sejak lahir? atau talent itu lahir dari orang yang mau belajar? dan dari lingkungannya?

si ivan memberikan contoh, di Jepara... banyak sekali pengukir kayu yang handal... apakah mereka semua itu di beri bakat sejak lahir? atau mereka tidak mempunyai bakat, namun karena mereka setiap hari kehidupannya di kelilingi oleh orang - orang yang mempunya kemampuan yang lebih soal ukir - mengukir dan mau nggak mau merekapun ikut belajar mengukir serta mencoba mencari penghidupan dari keahlian tersebut. Maka lama - kelamaan merekapun menjadi ahli... [kalo orang jawa bilang... Bisa karena Biasa]

gue pribadi sih lebih setuju dengan pendapat kedua... Bisa karena biasa... dengan kata lain, semakin sering kita berlatih... otomatis kemampuan kita juga akan naik lebih cepat...

kalo gw menarik garis lebih dekat ke bidang yang “lagi gw coba seriusin” yaitu sinema dan photography, garis tersebut ternyata sama persis...

Oh iya, ada satu hal lagi yang gak kalah penting yang disampein ama si ivan adalah soal Jangan Takut Gagal... disitu ivan ngasih satu video soal motivasi nih dia videonya :

link Youtube



Takut gagal sering kali malah membuat kita menjadi terkekang... lebih jauh kita menjadi orang yang menyerah sebelum bertanding... Kalaupun kita gagal... setidaknya kita bisa mengambil pelajaran, kenapa kok bisa sampai gagal... Jadi... Jangan Pernah Takut Gagal... Dengan mengambil pelajaran dari setiap kegagalan... di kesempatan berikutnya bisa di pastikan resiko kegagalanpun menjadi berkurang. Karena kita sudah belajar dari kesalahan sebelumnya...

SEMANGAT!!

Chapter 4 : Glenn Marsalim

Yang paling gue inget dan rasakan ketika Glenn Marsalim ngobrol adalah Jadi orang tuh harus punya prinsip, dan juga kalo memang harus beda. Jangan takut untuk berbeda dari yang lainnya.

Soal kata rising star sendiri Glenn juga mengartikannya lain. Bagi glenn rising star adalah hak pribadi... Kalo kita menganggap si Z adalah rising star kita ya udah "Tok...Tok...Tok.." (suara palu di ketok) Dan kalau udah kayak gitu nggak ada orang lain yang bisa mengutak - utik prinsip itu... Misalnya si Glenn menjadikan iim fahima sebagai rising starnya, dan sebaliknya glenn sama sekali nggak menganggap David Droga sebagai rising star meskipun banyak sekali orang yang mengidolakannya.

Inti yang gw ambil dari obrolan tersebut adalah jadi orang itu jangan hanya ikut - ikutan, terutama mengikuti arus. Ketika satu arus (baca kelompok) menganggap bahwa si A adalah sang rising star dan kita punya pendapat beda, maka kita janganlah sampai memaksakan pendapat ke diri kita sendiri bahwa si A lah yang paling keren.

Bener juga sih, apalagi kalo kita menaruh hal ini buat jualan. Ketika semua orang menjual barang A, dan hanya kita yang menjual barang Z. Secara otomatis kita memposisikan diri berbeda dengan yang lainnya dan menjadi lebih outstanding... Hasilnya? ada dua sih kalo menurut gue... Jadi laku banget sampe ngantri... atau bener - bener nggak laku sama sekali...

Nah kalo udah kayak gitu ya udah... tinggal gimana caranya ketika kita udah memposisikan diri berbeda dengan yang lainnya. Kita harus bisa "menjual" perbedaan itu... :)

ada satu lagi kalimat penutup dari glenn yang gw inget, kira - kira gini kata - katanya :

"pandang semua orang sama tinggi, meskipun dia sesungguhnya lebih tinggi dari kita ataupun sebaliknya. Pandanglah orang sama tinggi, meskipun dia lebih rendah dari kita".

Chapter 5 : Iim Fahima

ini nih... salah satu orang yang juga pengen gw liat di gathering kemarin. Gila ternyata masih muda banget... gw pikir udah 40an gitu... o...o... salut. usia segitu (kyknya 28 / 30an ya?) udah berani merintis usaha sendiri. Kalo nggak salah pionir ya? bwat usaha yang digelutin itu?

Seperti yang gw tulis di chapter 2 soal kepekaan. Iim Fahima adalah salah satu dari sekian banyak orang yang peka melihat peluang. Yap... Virus Communication, gue bilang tepat banget kalo Iim merintis usaha di saat sekarang. Di saat semua orang belom sadar banget Iim menjadi salah satu orang yang sadar akan hal itu bahkan berusaha membuat semua orang menjadi sadar.

Kalau di bilang media massa sekarang ini pelan - pelan sudah mulai digantikan dengan media Internet, Ya... bener banget meskipun hal ini baru mulai terjadi di kota - kota besar saja. sebagai contoh di sekeliling lingkungan saya mulai jarang banget terlihat orang membawa Koran untuk membaca berita. Sekarang ini mereka lebih suka membacanya melalui Media Online yang belakangan ini semakin banyak ragamnya. Selain bisa di baca kapan saja tanpa perlu membelinya, beritanyapun lebih cepat update.

Jadi boleh di bilang beberapa persen dari jumlah kue target audience sebagian udah mulai berpindah ke media internet, dan peluang ini dapat di baca oleh iim dengan cermat. Jadi emas pun siap di dulang...tinggal cara mengolahnya aja biar nggak gagal.

Kalo yang gw simpulin sendiri dari obrolan Iim adalah orang yang sukses di bidangnya harus memiliki beberapa sifat dasar seperti Jangan sering mengeluh, Kerja Keras, Total terhadap kerjaan, dan juga jangan menunggu kesempatan. Kesempatan itu bukan untuk di tunggui, melainkan untuk di cari. Kalau emang nggak ada kesempatan ataupun peluang, bikin peluang sendiri meskipun itu harus kita rintis dan tentunya yang namanya merintis itu bukanlah hal yang instan... Butuh waktu yang cukup lama. Contohnya nggak usah jauh... apa yang sedang di kerjakan iim sekarang ini... yaitu Virus Communication.

note kecil :

seneng banget rasanya bisa ikutan acara seperti semalem... uang 150 ribu yang di keluarkan bener - bener nggak sebanding ama "ilmu dan motivasi" yang saya dapet di acara itu... kalo di rupiahin pokoknya lebih dari 150 ribu deh... apa yang gue dapet disitu. Bayangin aja.. Jack D single pake cola aja 60 rebu... lha... disitu udah boleh minum cola sepuasnya, dapet makan enak sampe kenyang, dapet potongan kue tart, di suguhin sexy dancer, dapet nomer telp mbak - mbak manis pula... [ eh yang ini nggak ya? :D] itu aja udah lebih dari 150 ribu... DAN PASTINYA... banyakkkk banget ilmu, sharing pengalaman dan motivasi yang diberikan ama pembicaranya ; plus ngobrol bentar ama om budiman di bar. kalo di rupiahin jadi berapa tuh? gak bisa deh kayaknya (gak bisa di nilai pake duit).

jadi inget para mahasiswa yang minta tiket gratisan ke om bud? gw bilang... bayar 150 ribu itu udah gratis kaleee....

Read more...

stopmerokok.com


iseng... (iklannya di tampilin nggak di deket - deket idul fitri). misal idul fitrinya bulan 1, di tampilinnya bulan 7.

Read more...

ngobrol soal etika periklanan [kata - kata superlatif]

>> Monday 16 March 2009

1.2.2 Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti "paling", "nomor satu", "top", atau kata-kata berawalan "ter", dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

Beberapa hari yang lalu pas lagi buka - buka internet bwat nyari gantinya indosat 3.5 G yang jaringannya makin ancur. trus nemu ini nih... :

http://mobile-8.com/mobi/

sebuah iklan tentang tarif internet mobil-8 yang murah.


Wuit.... kebetulan banget mata gw pas banget tertuju ke kata : "Tarif Termurah PRABAYAR Rp 0,1/kb... " widih... ada kata "Termurah"... ingatan gw langsung berputar balik ke sebuah topik di milis CCI tentang kata - kata superlatif. Yang gue inget sih waktu itu kata - kata superlatif seperti Termurah, Terbaik itu seharusnya tidak boleh di tampilkan dalam iklan. Saking penasarannya gw coba iseng - iseng nanya ke praktisi yang emang bergerak di bidang periklanan, biar tau lebih jelas gitu...

dan ini jawaban yang di berikan ama om Djito Kasilo
Superlatif boleh digunakan, asalkan mencantumkan pembuktianya. Misalkan di antara semua merk rokok, kalo diukur atau dijejerkan terbukti Ji Sam Soe paling panjang, dia boleh bilang "rokok terpanjang".

Tapi dia tidak boleh bilang "rokok terenak", karena enak gak bisa diukur/dibuktikan. Pakai aja ini sebagai dasar boleh atau tidaknya pake kalimat/kata superlatif.

Iklan internet tsb jelas melanggar etika.
Dia pake superlatif tanpa mencantumkan pembuktiannya.
Masyarakat bisa melaporkan pada BPP (Badan Pengawas Periklanan).
Kebetulan ketua BPP adalah Ridwan Handoyo (bossnya LOWE), yang juga member milis CCI. Agensi yg melanggar akan ditegor, dan disuruh merevisi. kalo agensinya tidak bisa membuktikan, maka harus mencabut iklan tsb (apa pun medianya).

Bahkan bisa diperkarakan di bawah UU Perlindungan Konsumen.
adalagi jawaban dari praktisi lainnya yaitu Handoyo, Ridwan dari LWW :
sedikit uraian tambahan mengenai superlative. Hal2 yg bersifat relative (spt “rokok tereenak” dlm contoh Djito di bawah), sebenarnya tetap boleh digunakan selama ada pembuktiannya. Pembuktian itu biasanya bisa berupa hasil survey juga (kalau “terpanjang” krn berkaitan dgn fisik rokok, kan dengan mudah bisa langsung dijejer saja hehe). Jadi misalnya: Rokok A terbukti paling enak berdasarkan riset dari perusahaan riset X pada tahun 2009. Tentu saja pencantuman nama perusahaan riset tsb juga sudah harus seijin dr perusahaan yg bersangkutan.
kalo dipikir - pikir sih kata - kata termurah seperti itu sering kali emang menjebak konsumen, misalnya di contoh iklan yang saya kasih di bilangnya Rp 0,1 / Kb. Memang sih sepengetahuan saya kalo diliat angkanya emang paling murah, tapi kalau lebih di cermati jatohnya ada yang lebih murah misalnya internet unlimited dari IM2, Indosat ataupun dari telkomsel yang harganya berkisar 125 ribu perbulan dengan tidak ada batasan besaran file yang di download, hanya speednya saja yang berkurang setelah mencapai quota tertentu. misal di bandingin dengan jumlah yang sama, misalnya 2Gb (± 2.000.000kb) maka per-Kbnya untuk internet unlimited dengan harga 125ribu perbulan adalah Rp. 0,065/Kb :D hehehe... jauh lebih murah kan? itu hanya 2Gb lho... apalagi kalau dipakai sampai 100Gb tetep sama aja tuh bayarnya :D cuman seratus ribuan, coba bandingkan dengan tarif Rp. 0,1 / Kb kalau di pakai sampai 100Gb.. hasilnya adalah ± Rp 10 Juta...

jadi dalam posisi gw sebagai konsumen, boleh dong kalo bilang : "gue di bohongi ama iklan tersebut?" trus seperti yang di bilang oleh kedua praktisi di atas, kita (konsumen) berhak untuk memperkarakannya. (serem ui..)

trus gw bertanya lagi nih:
brarti ini mencakup semua jenis iklan ya? kalo iklan semacem advetorial di majalah/koran gitu? termasuk juga? mmm... trus kl misal melanggar gitu, sanksi yang di kenakan hanya pencabutan iklannya aja ya? atau ada yang lebih berat gitu? misal di lakukan berulang kali oleh agency yang sama? hehehe... biar menimbulkan efek jera? :D
di jawab ama om ridwan :
Ya…di EPI anda bisa baca dibagian definisi “Iklan” apa saja yg dimaksud dgn pengertian iklan di EPI. Advertorial juga termasuk. Iklan Web juga termasuk…juga SMS.

Mengenai sanksi: EPI itu adalah hukum normatif, jadi sanksinya ya sanksi normatif, bukan sanksi hukum. BPP sebagai badan yg menegakkan EPI hanya bisa memberikan teguran dan bimbingan kpd biro iklan aggt PPPI yg melakukan pelanggaran EPI. BPP tidak berhak melakukan tuntutan hukum positif atas suatu pelanggaran etika. TAPI, anda sbg konsumen, silakan saja bila merasa dirugikan oleh suatu iklan lalu melakukan class action (atau melalui YLKI) hukum. Hal ini diatur oleh UU Perlindungan Konsumen.
Kalo di pikir - pikir, meskipun tidak ada sanksi hukumnya. Sebetulnya sanksi yang di dapet itu lebih berat lho... apalagi kalau sampai ada konsumen yang melakukan class action. Udah dah... langsung jatoh itu produk... misalnya dalam hal ini mobile 8 yang "berbohong" dengan mengatakan tarif termurah... Apalagi sekarang udah jamannya milis dan forum, dimana sebuah kasus seperti ini bisa dengan cepatnya menyebar. Dan tentunya yang di pertaruhkan adalah nama baik dari Brand yang ada di iklan tersebut dan ujung - ujungnya yang kena masalah juga ya... yang bikin iklan... dalam hal ini agency-nya...

berikut email penutup dari bang ridwan :

1. Kreatifitas periklanan adalah kreatifitas yang harus dapat dipertanggung-jawabkan, karena hasilnya harus dapat dipertanggung-jawabkan pada stakeholdersnya. Dua stakeholders terpenting adalah: pemesan iklan dan konsumen. Bahkan mungkin bagi sebagian orang, konsumen adalah (dan seharusnya) stakeholders terpenting dalam bisnis periklanan. Kreatifitas periklanan dengan demikian berbeda dgn aliran seni murni (pelukis misalnya) yg akan melukis apapun yg dia sukai, tanpa harus peduli (atau bertanggung-jawab) apakah pemirsanya nanti akan suka atau tidak (contohnya ya pelukis2 terkenal seperti Van Gough, Picasso, Affandi dlsb). Cukup banyak pelukis terkenal yg sebenarnya pada jamannya mereka masih hidup samasekali tidak terkenal. Jadi, kalau ada insan kreatif periklanan “mengeluh” krn terlalu banyak “aturan” dalam membuat iklan, lebih baik dia gak usah jadi insan kreatif periklan deh…salah masuk dia hehe

2. Terkait dgn di atas, etika periklanan justru disusun agar insan kreatif periklanan menyadari adanya hal-hal yang justru dapat membuat pesan yg ingin disampaikan bukannya diterima dengan positif oleh konsumennya tapi malah mendapatkan kesan negatif. Kalau begini kan yg rugi ya industri periklanan sendiri…industri ini jadi kehilangan kredibilitasnya di mata konsumen (ekstrimnya: konsumen tidak percaya lagi pada iklan). Etika disusun berdasarkan kondisi sosial budaya suatu bangsa. Apa yg mungkin tidak masalah (secara etika) disuatu negara, bisa jadi menjadi bermasalah di negara/bangsa lain (contoh menampilkan ketiak di film/iklan di Malaysia dianggap tidak etis, tapi tidak masalah di Indonesia). Jadi “pagar-pagar” itu justru dibuat agar suatu pesan iklan dapat diterima dengan baik (secara sosial budaya) di masyarakat yang menjadi target konsumennya. Ungkapan anda di bawah tepat sekali: kalau anda saja sebagai konsumen bisa memahami bahwa ada potensi “penipuan” pada klaim iklan Mobile 8 tsb, kan berarti iklan itu menjadi berkesan negatif. Saya menduga, iklan2 yg melanggar etika periklanan itu mungkin memang ditujukan bagi konsumen yg dinilai “bodoh” oleh pengiklan/biro iklannya. Nah, apakah konsumen mau dinilai sebagai “orang bodoh” terus? Sampai kapan?? Teori2 marketing dan advertising modern justru arahnya ingin mengetahui consumer insight agar dapat menyusun iklan yg komunikatif, bukan “menjejali” mereka dgn “kreatifitas yang liar” tapi sebenarnya sangat tidak efektif dan malah “fire back” kepada (perusahaan) pengiklan dan iklannya (produknya) itu sendiri.

3. Etika dengan demikian adalah suatu “aturan normatif/informal” yang ada pada sekumpulan masyarakat (sifatnya kolektif). Etika tidak sama dengan hukum positif yg sifatnya berlaku secara umum disuatu negara dan mempunyai sanksi pidana/perdata. Di Indonesia, dgn demikian banyaknya suku, harus diakui mempunyai kompleksitas etika yg jauh lebih tinggi dibandingkan negara2 lain yg jumlah sukunya tidak sebanyak kita. Artinya, semakin heterogen suatu bangsa, semakin kompleks masalah etika ini. Contoh: mengangkat kaki ke atas meja di suku Jawa pasti langsung ditegur sebagai tindakan yang tidak etis. Mungkin tindakan yg sama ini di suku lain di Indonesia, sama-sekali tidak bermasalah. Dengan semakin kompleksnya masalah etika di Indonesia, maka kehadiran EPI (suatu panduan etika yg dibukukan) menjadi penting artinya. Dengan dibukukan, ia menjadi panduan yang dapat dipelajari, didalami dan dikembangkan bersama. Karena EPI bukan hukum positif, maka EPI juga harus disadari dapat berubah setiap saat (bersifat dinamis), menyesuaikan diri dengan kondisi sosial budaya yg ada di bangsa ini (lain dgn hukum positif yg sifatnya lebih kaku, susah dirubah dan kalaupun berubah sering lebih disebabkan oleh alasan2 politis).

4. Mengingat hal-hal di atas, maka industri periklanan mempunyai asas SWAKRAMAWI – mengatur dirinya sendiri (tidak hanya di Indonesia, tapi juga di banyak negara lain, bahkan bbrp minggu lalu saya bertemu dgn delegasi insan periklanan dari China dan mereka juga ingin mengadopsi konsep swakramawi ini). Caranya? Marilah para insan periklanan mendewasakan diri mereka masing2 (dalam konteks memahami etika periklanan dengan sebaik-baiknya) sehingga kita bisa terhindar dari kehadiran pihak2 di luar industri kita (termasuk pemerintah!) “mengatur” industri ini. Malulah dan minta maaflah bila melanggar etika (bukankah ini salah satu etika sopan santun yg selalu diajarkan oleh orang-tua kita juga bila kita berbuat salah kepada mereka?).
kalo kata orang, "saat kita kepepet biasanya jadi makin kreatif..." hehehehe... dan harusnya sih etika soal superlatif gini jadi lahan kreatif buat semua copywriter dalam merangkai kata yak? (tapi sering juga sih liat kata - kata ajaib buat gantiin kata - kata superlatif ini, yang paling gw inget iklan HIT. "yang lebih bagus dari HIT?.... yang lebih mahal banyak...." hahahha...jatohnya lebih keren) seperti yang terjadi dalam iklan rokok :D... gara - gara dikekang nggak boleh memperlihatkan gambar rokok, jadinya ide - idenya malah jadi lebih gokil...

jangan sampe "menggali lubang sendiri".

Dan berikut ini beberapa etika yang ada :
1.2 Bahasa

1.2.1 Iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya, dan tidak menggunakan persandian (enkripsi) yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksudkan oleh perancang pesan iklan tersebut.

1.2.2 Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti "paling", "nomor satu", "top", atau kata-kata berawalan "ter", dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

1.2.3 Penggunaan kata-kata tertentu harus memenuhi ketentuan berikut:

a. Penggunaan kata "100%", "murni", "asli" untuk menyatakan
sesuatu kandungan, kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya, harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik.

b. Penggunaan kata "halal" dalam iklan hanya dapat dilakukan oleh
produk-produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia, atau lembaga yang berwenang.

c. Pada prinsipnya kata halal tidak untuk diiklankan. Penggunaan
kata "halal" dalam iklan pangan hanya dapat ditampilkan berupa label pangan yang mencantumkan logo halal untuk produk-produk yang sudah memperoleh sertifikat resmi dari Majelis Ulama Indonesia atau lembaga yang berwenang.

d. Kata-kata "presiden", "raja", "ratu" dan sejenisnya tidak boleh
digunakan dalam kaitan atau konotasi yang negatif.

1.3 Tanda Asteris (*)


1.3.1 Tanda asteris pada iklan di media cetak tidak boleh
digunakan untuk menyembunyikan, menyesatkan, membingungkan atau membohongi khalayak tentang kualitas, kinerja, atau harga sebenarnya dari produk yang diiklankan, ataupun tentang ketidaktersediaan sesuatu produk.

1.3.2 Tanda asteris pada iklan di media cetak hanya boleh digunakan untuk memberi penjelasan lebih rinci atau sumber dari sesuatu pernyataan yang bertanda tersebut.

1.5 Pemakaian Kata "Gratis"


Kata "gratis" atau kata lain yang bermakna sama tidak boleh
dicantumkan dalam iklan, bila ternyata konsumen harus membayar biaya lain. Biaya pengiriman yang dikenakan kepada konsumen juga harus dicantumkan dengan jelas.

1.6 Pencantum Harga

Jika harga sesuatu produk dicantumkan dalam iklan, maka ia harus
ditampakkan dengan jelas, sehingga konsumen mengetahui apa yang akan diperolehnya dengan harga tersebut.

1.12 Perlindungan Hak-hak Pribadi


Iklan tidak boleh menampilkan atau melibatkan seseorang tanpa
terlebih dahulu memperoleh persetujuan dari yang bersangkutan, kecuali dalam penampilan yang bersifat massal, atau sekadar sebagai latar, sepanjang penampilan tersebut tidak merugikan yang bersangkutan.

1.17 Kesaksian Konsumen (testimony).


1.17.1 Pemberian kesaksian hanya dapat dilakukan atas nama
perorangan, bukan mewakili lembaga, kelompok, golongan, atau masyarakat luas.

1.17.2 Kesaksian konsumen harus merupakan kejadian yang
benar-benar dialami, tanpa maksud untuk melebih-lebihkannya .

1.17.3 Untuk produk-produk yang hanya dapat memberi manfaat atau
bukti kepada konsumennya dengan penggunaan yang teratur dan atau dalam jangka waktu tertentu, maka pengalaman sebagaimana dimaksud dalam butir 1.17.2 di atas juga harus telah memenuhi syarat-syarat keteraturan dan jangka waktu tersebut.

1.17.4 Kesaksian konsumen harus dapat dibuktikan dengan pernyataan
tertulis yang ditanda tangani oleh konsumen tersebut.

1.17.5 Identitas dan alamat pemberi kesaksian jika diminta oleh
lembaga penegak etika, harus dapat diberikan secara lengkap. Pemberi kesaksian pun harus dapat dihubungi pada hari dan jam kantor biasa.

1.19 Perbandingan


1.19.1 Perbandingan langsung dapat dilakukan, namun hanya terhadap
aspek-aspek teknis produk, dan dengan kriteria yang tepat sama.

1.19.2 Jika perbandingan langsung menampilkan data riset, maka
metodologi, sumber dan waktu penelitiannya harus diungkapkan secara jelas. Pengggunaan data riset tersebut harus sudah memperoleh persetujuan atau verifikasi dari organisasi penyelenggara riset tersebut.

1.19.3 Perbandingan tak langsung harus didasarkan pada kriteria
yang tidak menyesatkan khalayak.

1.20 Perbandingan Harga


Hanya dapat dilakukan terhadap efisiensi dan kemanfaatan
penggunaan produk, dan harus diseretai dengan penjelasan atau penalaran yang memadai.

1.21 Merendahkan


Iklan tidak boleh merendahkan produk pesaing secara langsung
maupun tidak langsung.

1.22 Peniruan


1.22.1 Iklan tidak boleh dengan sengaja meniru iklan produk
pesaing sedemikian rupa sehingga dapat merendahkan produk pesaing, ataupun menyesatkan atau membingungkan khalayak. Peniruan tersebut meliputi baik ide dasar, konsep atau alur cerita, setting, komposisi musik maupun eksekusi. Dalam pengertian eksekusi termasuk model, kemasan, bentuk merek, logo, judul atau subjudul, slogan, komposisi huruf dan gambar, komposisi musik baik melodi maupun lirik, ikon atau atribut khas lain, dan properti.

1.22.2 Iklan tidak boleh meniru ikon atau atribut khas yang telah
lebih dulu digunakan oleh sesuatu iklan produk pesaing dan masih digunakan hingga kurun dua tahun terakhir.

2.7 Kosmetika


2.7.1 Iklan harus sesuai dengan indikasi jenis produk yang
disetujui oleh Departemen Kesehatan RI, atau badan yang berwenang untuk itu.

2.7.2 Iklan tidak boleh menjanjikan hasil mutlak seketika, jika
ternyata penggunaannya harus dilakukan secara teratur dan terus menerus.

2.7.3 Iklan tidak boleh menawarkan hasil yang sebenarnya berada di
luar kemampuan produk kosmetika.

Read more...

reminder...

>> Saturday 14 March 2009

mumpung inget........ "IDE itu CASH"

reminder : besok senin gw mau scan semuaaaaaaaaaaa.... sketchbook dari yang buku pertama, sampe sekarang, sampe yang coret - coretan di kertas HVS... jadiin PDF... save di email.

Read more...

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP