Romeo Juliet

>> Wednesday 29 April 2009

di luar kualitas gambar, cara pengambilan gambar, dan hal teknis lainnya. Romeo Juliet (versi Jakmania Vs Viking) sangat layak buat di tonton... (film ini ngebuktiin ke gw, Dalam film... Cerita adalah segalanya. Teknis yang biasa - biasa aja dan cenderung banyak kekurangan, di mata penonton nggak bakalan keliat kalo ceritanya bagussssss!!)

Read more...

Tentang "Knowing"

Ah... akhirnya kesampaian juga nonton knowing huahahaha. setelah dua kali gagal gara - gara gak dapet tempat (maksudnya tempatnya penuh molo, sisanya di depannnnn ahahaha)

gokil, ceritanya mantap, penggarapannya gokil, dan music/sound effect/apaanlah itu namanya; Dahsyat!!. Gara - gara nonton nih film gw semakin yakin bahwa peranan music director sangat... Penting!! Musiclah yang menghipnotis penonton sehingga membawa pentonton terhisap mood yang sedang terjadi. Gile ye?

gue jadi inget kemarin minggu nonton acara di TV trus bintang tamunya Adi MS. disitu dia bercerita bahwa musik dapat mempengaruhi detak jantung manusia. Dan ternyata emang bener lho. Coba deh lu inget - inget saat nonton film horror, pasti musiknya berdetak - detak dengan kencang gitu. Dan jadinya jantung kita juga jadi ikut berdebar - debar. Atau film action? pasti pas adegan action yang menegangkan musiknya juga ikutan jadi makin keras. Gitu juga buat film drama mellow, pas adegan menyedihkan musiknya juga ikut mendukung dengan alunan nada - nada yang memilukan dan bisa bikin merinding.

Gile ye? makin sadar gw bahwa peranan musik itu penting banget dalam sebuah film. Karena musik itu seperti yang gue bilang di depan, musik itu semacam penuntun mood. Agar mood penonton itu terbawa cerita yang sedang di sajikan. Coba bayangin filmnya lagi sedih, musiknya ceria? hahaha...

oh iya balik ke "Knowing" ada satu music / penataan sound yang baru kali ini gw rasain di sebuah film (atau mungkin dulu - dulu setiap kali nonton gw nggak pernah perhatiin ya?) di Adegan pas, si anak yang cewek dan cowok lagi di dalem mobil. Trus para "alien" ngedeketin anak - anak itu kan mereka dibisikin gitu tuh... coba lu dengerin baik - baik deh itu bisikan. gile... Muter cing... itu suara kayak bener - bener muterin gue gitu.

Gue sih paling berasanya pas di akhir - akhir bisikan, kan tinggal satu suara (selang - seling) tuh. Dan itu bener - bener berasa muter tuh suara - suara. Kadang di kiri depan, trus ganti lagi ke Kiri tengah, ganti lagi ke kiri belakng atau kadang pindah ke sebelah kanan. Emang sih itu suara nggak begitu lama, tapi bener - bener itu suara sengaja di atur dimana tuh suara bakalan berbunyi. Gileeeee... detail banget tuh Sound/Music Directornya.

Read more...

Diskon? kok bisa? nih dia salah satu jawabannya

>> Sunday 26 April 2009

nemu satu lagi tulisan bagus di milis CCI, tentang pemasaran / strategi penjualan, kali aja gw jadi bikin usaha dagang ato restoran gitu hahaha. Nih dia tulisannya :


Halo Raden Astra yang analisanya hebat,

Saya berasal dari masyarakat bawah menengah. Saya ga begitu ngerti soal Crocs-crocsan, tapi saya beruntung punya keluarga yang punya jiwa entrepreneur dan berkali-kali berkesempatan magang di perusahaan yang mengizinkan saya mengintip manajemen bisnisnya.

Setahu saya ada tiga pendekatan dalam memberi diskon gila-gilaan kepada konsumen:

1. Motif Target

Biasanya harga barang produksi massal tidak dipatok dari harga beli dalam jumlah banyak lalu dibagi banyak barang. Contohnya Orangtua saya pernah bisnis jangkrik. Dia membeli 50 ribu untuk seribu ekor jangkrik. Saya yang polos dengan mudah bisa menebak bahwa harga pokoknya adalah 50 ribu / 1000 = Rp 50.

Tapi orangtua saya bilang "Oh, bukan begitu caranya. Kita tentukan bahwa jangkrik ini hanya diserap 500 ekor." Lalu saya bertanya "Buat apa sisa 500 lagi?". Orangtua saya menjawab "250 untuk bersiap kalau si penjual salah hitung, 250 untuk bersiap kalau di perjalanan banyak yang mati".

"Lalu kalau tidak ada yang mati dan tidak salah hitung, bagaimana?" Saya bertanya.

"Itulah saat untuk menaikkan angka penjualan (behaviour) dan menggaet konsumen baru (awareness). Kalau target 500 sudah terlewati, saatnya kita berpromosi dengan 500 sisanya."

Demikianlah akhirnya harga pokok jangkrik Rp 100. Saat angka 500 sudah tercapai, kami memotong setengah harga dan kadang melebihkan hitungan jangkrik per bungkus. Bisa pula memberi makan gratis untuk pelanggan yang datang membawa sendiri burungnya. Everybody's happy.

In the end, harga jangkrik di warung kami termasuk yang paling mahal (image bagus), tapi jumlah pelanggan tetap naik.

2. Motif Penyusutan

Ibu saya pernah jualan es. Ia menitipkan es dengan sistem target. Dari 100 es yang dititipkan, dia akan memberi komisi Rp. 500 untuk 50 es pertama yang dijual. 50 es sisanya, si distributor boleh mengambil semua uang penjualan.

Setelah siang hari, target tidak tercapai. Maka si penjual segera membagi-bagikan esnya gratis. Saya heran "Kenapa tidak dilarang? Itu kan merusak harga dan image produknya? Lalu apa dia tidak rugi, malah memberi uang penjualan ke Ibu tanpa komisi?"

Ibu saya menjawab "Semakin lama es itu disimpan di distributor, akan semakin terbebani dia dengan biaya listrik. Barang itu sudah jelas tidak laku untuk sehari ini. Sore hari orang tidak tertarik lagi untuk beli es. Lebih baik dia kosongkan kulkas lalu berjualan barang yang lebih menguntungkan."

"Dengan membagikan es gratis, ia mendidik calon konsumen yang belum percaya untuk merasakan (awareness) dulu enaknya es itu (kognitif) . Kalau mereka sudah naksir dengan rasanya, besok es itu bisa dijual lebih mahal dan lebih laris. (behaviour)"

Saya tidak tahu Crocs itu bahannya apa. Saya cuma anak ndusun yang beli sepatu di murahan aja perlu nawar dulu. Tapi kalau itu karet dan kulit, berarti memang wajar kalau di akhir masa penjualan akan segera diobral.

Kenapa? Karet dan kulit yang tersimpan terlalu lama di gudang akan kehilangan sifat getas. Akibatnya produk jadi tidak nyaman lagi dipakai (image turun). Lebih baik segera enyahkan barang itu dari gudang secepatnya daripada sibuk menjaga image namun akhirnya malah tidak laku dijual dengan harga berapapun."

3. Motif "Menipu"

Saya paling benci dengan tips marketingnya Tung Desem Waringin, karena sifatnya membodohi konsumen. Tapi ada beberapa poin yang saya suka.

Salah satu yang jadi favorit saya adalah: "Semua orang suka barang mahal. Tapi mereka lebih suka lagi harga murah".

Maksudnya adalah buatlah image seolah barang yang sebenarnya murah itu seperti barang mahal, biarkan orang menyangka untuk beberapa saat bahwa barang itu memang pantas dibeli mahal (image). Lalu setelah orang benar-benar menyangka barang itu mahal dan mereka menyerah untuk membelinya, maka saat itulah perlu diadakan diskon.

You wont loose anything, karena barang itu aslinya murah. Dengan diskon, image mahal tidak akan hilang. Orang tidak akan berpikir bahwa dengan harga didiskon lalu barang itu jadi murahan. Yang mereka tahu mereka berhasil beli barang mahal dengan harga semurah mungkin.

Konsumen akan merasa mereka "pintar" dan punya kepercayaan diri untuk bilang "Hahahaha lihat nih, gw beli iPhone 3 juta, lah elu belinya 9 juta". Lalu temannya tanya "Lah emang lu beli di mana?". Si konsumen dengan sukarela bilang "di XXXX!". Terus dia datang ke XXXX, ternyata harganya udah mahal lagi. Dia tidak akan protes, dia akan bilang "GIla Mann... Gw telat! Terus kapan kira-kira ada diskon lagi?".

There goes the image.

========
- In the end, tujuan utama perusahaan tetap mencari keuntungan sebanyak-banyaknya. Image diciptakan hanya sebagai alat jual. Ga ada karyawan hidup dengan makan image. We create image TO SELL.
- semoga tulisan ini bisa jadi inspirasi buat bikin ad yang bagus buat crocs dan TKAnya. :)
========

salam,
hariadhi
desainer sinting



thanks buat bung hariadhi (http://hariadhi.wordpress.com) yang udah ngebolehin tulisannya gw quote :)

Read more...

Second Chance – Short Movie

>> Saturday 11 April 2009

  • di awal cerita, pertengkaran antara suami istri

  • suami marah, keluar dari rumah, pergi ke pub, mabuk..

  • suami terima telephone dari kepolisian bahwa istrinya sekarang berada di rumah sakit, kritis...

  • suami pergi naik mobilnya ngebut ke rumah sakit

  • suami masuk ke rumah sakit,

  • suami ke tempat administrasi, menanyakan ruang tempat perawatan korban kecelakaan.

  • suaminya berlari di lorong rumah sakit

  • suami masuk ke ER, tapi ternyata istrinya sudah meninggal karena luka yang di derita saat kecelakaan saat dia menyebrang jalan sangat parah... (tokoh ke tiga menceritakan detail kejadian + di flash kejadian saat tertabrak + di ujung cerita suara fade out... nyambung ke dia ngebayangain istrinya di masa2 bahagia dengan sound hening)

  • suami mengangis....

  • dia nggak sanggup berdiri dan menyesal karena istrinya meninggal dalam keadaan bertengkar dengan dirinya karena masalah sepele.

  • Suaminya bangkit dari tempat duduk, masuk ke ruang Emergency Room mencoba untuk membuka penutup / selimut yang menutupi jenazah sang istri

  • Pada saat tangannya sudah hampir memegang selimut, handphonenya berdering... dengan nada yang sangat khas... yaitu nada yang emang di set khusus istrinya.

  • Suami kaget sekaligus bingung...

  • HANDPHONE : Honey Calling...

  • suami akhirnya mengangkat telephone yang berdering terus itu...

  • suasana senyap sejenak

  • suami : halo... (dengan suara bergetar, ekspresi bingung sekaligus masih nggak percaya)

  • suara di seberang (istrinya) : sayang... maafin saya ya... kamu dimana? Aku jemput ya... saya janji nggak akan bikin kamu kelamaan menunggu saya memasak makan malam...

  • suami : diam... nggak beberapa lama, dia mengangis.....

  • istri : (suara bingung + panik) sayang kamu kenapa? Sayang... sayang? Halo...sayang...

  • black screen ; puisi ;TEXT :

    kita tak pernah sadar betapa hangatnya mentari kala pagi menjelang hanya karena dia selalu hadir mengisi setiap pagi yang kita lalui.

    kita baru menyadari dinginnya bumi ketika mentari tertutup gelapnya awan di kala hujan.

  • Flash back :

    seseorang dari bagian administrasi menyalin sebuah nomer telephone dari layar komputer nomernya adalah 0211438976

    polisi membaca sebuah nomor di secarik kertas, 0211438970 sebetulnya itu bukan angka 0 melainkan angka 6 tapi karena tulisannya terlalu samar maka dia menelponnya ke nomor 0211438970

Read more...

Brand building di tengah krisis "harga diri" fotografer komersil

disaat persaingan menjadi semakin tidak sehat, sepertinya brand building menjadi satu hal yang sangat patut untuk di pertimbangkan... memang sih secara tidak langsung sebetulnya semua fotografer sudah membangun brand buildingnya masing – masing namun sepertinya tidak dengan sebuah konsep brand building yang mumpuni.

Pertama kali saya memikirkan tentang brand building dalam dunia fotografi adalah beberapa bulan yang lalu saat saya sedang membaca buku karya Budiman Hakim “Lanturan Tapi Relevan”. Dan pemikiran ini kembali muncul saat membaca sebuah email dari moderator milis Thelight yang berjudul “BREAKING NEWS: AMBRUKNYA COMMERCIAL PHOTOGRAPHY INDONESIA “ wow... sebegitu parahnya kah? Yup... sepertinya memang begitu.

berikut sedikit cuplikan email tersebut :

Dear all,

Hari ini saya berbicara dengan salah seorang commercial (iklan) photographer
mengenai hancurnya bisnis fotografi untuk keperluan iklan. Selama beberapa
bulan terakhir ada beberapa orang fotografer yang juga manyampaikan hal yang
senada. Untuk itu, saya berinisiatif menawarkan mereka (fotografer iklan)
yang pernah menyampaikan keluh kesahnya kepada saya untuk dipertemukan
dengan sesama fotografer iklan dan juga junior-juniornya yang
mau/akan/tertarik/sudah mulai masuk ke dalam bidang iklan sebagai profesi
untuk membahas hal ini.
Kenapa hancur, ada beberapa faktor:
1. Tidak ada standarisasi harga. Semuanya bersaing mau dapet klien. Akhirnya
selalu mematok harga yang lebih rendah dari pesaing. Akhirnya saling
menurunkan harga.
2. Adanya ³oknum² di fotografi yang selalu memberikan komisi kepada pihak
perusahaan periklanan atas setiap job yang masuk dengan angka yang nggak
masuk akal.
3. Banyak klien yang nggak mau nalangin biaya produksi (props, make up
artist, set, dll) sehingga photographer yang harus nalangin dulu (angkanya
bisa mencapai puluhan juta per project)
4. pembayaran yang begitu lama, terutama dari perusahaan periklanan.
Rata-rata 3 bulan sampai 6 bulan. Bahkan ada yang sampai 16 bulan.
5. adanya ³oknum² yang mengaku fotografer dengan menjalankan jasa fotografi
namun tidak mengerti betul tentang fotografi. Jadi setiap project ia
mempekerjakan orang yang sudah lebih piawai mengenai lighting produk yang
akan difoto, lalu si ³fotografer² hanya menjepret saja.
6. kurangnya pendidikan yang tepat dari kursus/sekolah fotografi, majalah,
komunitas yang ada. Sebagian besar dari mereka selalu mengkampanyekan bahwa
memotret itu mudah. Ketika bisa membeli kamera DSLR hi end dan peralatan
canggih lainnya, maka jadilah mereka professional photographer. Akhirnya
ketika mereka masuk ke industri dan sulit bersaing, pilihan untuk eksis
adalah menurunkan harga.
7. Hampir tidak ada atau mungkin tidak ada satu
sekolah/kursus/komunitas/media fotografi yang mendidik mereka yang ingin
menjadi profesional mengenai etika bisnis fotografi, perhitungan harga
fotografi. Akhirnya bisnisnya ³asalah bisa jalan² harga murah nggak masalah,
etikanya ditabrak nggak masalah.
8. Kondisi krisis global yang menyebabkan klien memotong budget pengeluaran
mereka, sehingga tawaran harga yang lebih murah menjadi menarik.
9. dan masih banyak lagi.

Sebenarnya ini adalah masalah mereka yang saat ini sudah berada di level
profesional. Tapi karena regenerasi bertahan terus, proses edukasi mengenai
hal ini tidak bisa dilakukan hanya kepada mereka yang sudah exist di
industrinya. Tapi juga mereka yang baru masuk atau akan masuk ke industri
ini supaya semua yang masuk aturan mainnya bisa dijaga.

Sebetulnya hal ini sudah saya perkirakan sejak beberapa waktu yang lalu, bahwa lambat laun “harga” sebuah jasa fotografi di dunia komersil lambat laun akan semakin hancur. Sama seperti hancurnya harga jasa fotografi di dunia wedding. Dan menurut saya kehancuran tersebut di sebabkan oleh semakin banyaknya Fotografer yang menggunakan prinsip melacur dalam memulai karirnya. “Terserah mau di bayar berapa asalkan saya bisa motret komersil, It's OK!!” dan itulah awal mula terjadinya kehancuran di dunia fotografer komersil. Mungkin hal itu tidaklah menjadi masalah jika hanya sedikit sekali orang yang melakukan hal tersebut, masalahnya sekarang ini banyak sekali fotografer super instan yang melakoni hal tersebut. Sehingga mau tidak mau perang harga yang sangat tidak sehatpun terjadi dan ujung – ujungnya sudah dapat di pastikan lambat laun para fotografer komersilpun tidak ”di hargai” selayaknya...

Tapi... saya rasa tidak semua fotografer terkena imbas tersebut, Fotografer komersil yang benar – benar berada di papan atas sepertinya tidak terlalu terpengaruh dengan badai ini. Kenapa? Saya menebaknya adalah karena sebuah brand building yang entah itu sengaja di bangun atau tidak sengaja di bangun oleh fotografer papan komersil papan atas tersebut.

Sebagai contoh saja kita ambil nama Sam Nugroho. Mungkin sudah banyak yang tahu bahwa Sam saat ini memiliki predikat sebagai fotografer dengan harga yang paling mahal di indonesia, dan meskipun harganya mahal tetap saja banyak klien yang mau memakai jasanya. Dan di tahap inilah harga “sudah tidak menjadi soal”, bukan berarti Sam bisa mematok harga setinggi langit banget sih... tapi setidaknya para klien sudah terlanjur “cinta” dengan service yang diberikan oleh Sam Nugroho.

Mungkin di mata para kliennya Sam begini pemikiran yang ada “jika saya motret dengan sam saya memiliki beberapa keuntungan, yang pertama klien pasti suka, karena yang motret salah satu fotografer papan atas di indonesia. Dan sudah pasti service-nya yang memuaskan, baik itu dalam kecepatan, kualitas pastinya, dan hal – hal lainnya.” dan ketika sudah mencapai taraf tersebut, perang harga sepertinya sudah tidak menjadi soal baginya (Sam Nugroho-red). Namun bagaimana dengan fotografer komersial kelas menengah atas? It's So Hard. I think.


Read more...

antara Berbagi Suami, Vantage Point, dan My Girl's Boy (korea)

tiga Film dengan konsep pembuatan yang serupa tapi menghasilkan film yang jauh berbeda... Yaitu dengan konsep Flash Back dan potongan – potongan cerita yang saling berhubungan (nggak tau apaan istilahnya kalo di dunia film, itu cuman istilah gw aja ahahaha...)

dari ke tiga film ini yang pertama kali saya tonton adalah Berbagi Suami, sebuah film karya Nia Dinata. Saking senengnya sampe beli juga DVDnya (ori dunk, kl film indo harus ori :p). Film yang terdiri dari tiga cerita yang sebetulnya inti ceritanya tidak saling berhubungan satu sama lain tapi menjadi terkait karena hal – hal yang sepele.

Tokoh di cerita pertama (pak haji) suka makan di tempatnya tokoh di cerita ke tiga (koh ahong) dan tokoh di cerita ke tiga bertetangga dengan tokoh di cerita ke dua (aling-kalo gak salah nama pokoknya yang meranin si dominique) serta tokoh di cerita kedua (santi dan ria irawan) kenal dengan istri pak haji (tokoh di cerita pertama) karena dia mau memasang alat kontrasepsi di tempat istri pak haji yang tak lain adalah seorang dokter.

Dan begitulah hingga akhirnya di setiap cerita merekapun muncul sekilas – sekilas sehingga membuat cerita yang sebetulnya tidak saling berhubungan menjadi sebuah cerita yang tampak saling berhubungan.

Lain halnya dengan Vantage Point yang menceritakan tentang peristiwa tertembaknya presiden amerika yang sedang berpidato. Dalam cerita ini potongan – potongan cerita yang ada berubah menjadi suatu misteri yang ketika semua cerita tersebut di satukan akan menghasilkan sebuah kesimpulan tentang siapakah otak dalam kejadian tersebut. Hingga setelah berhasil menyatukan potongan – potongan puzzle cerita tersebut, tokoh utama akhirnya berhasil menyelamatkan presiden dari operasi penculikan.

Dan sangat jauh berbeda lagi ketika potongan – potongan cerita ini di buat dalam sebuah film korea yaitu My Girl's Boy. Berbeda dengan kedua film di atas, potongan – potongan cerita di dalam film tersebut sangat saling berhubungan antara satu sama lain. Karena setiap potongan cerita berikutnya menjelaskan apa yang terjadi pada potongan film sebelumnya. Dan surprise pun selalu terjadi di setiap potongan film berikutnya sampai pada ujung film.

My Girl's Boy sendiri adalah sebuah film yang bercerita tentang tiga orang pasangan, yang pertama adalah Tokoh A yang beristri Tokoh B, Tokoh C yang berpacaran dengan tokoh D, dan Tokoh E yang mengejar - ngejar tokoh F. yang menjadi sangat menarik dari film ini adalah karena hampir semua orang yang ada di cerita ini saling berselingkuh satu sama lain.

Tokoh A yang berselingkuh dengan tokoh D, bahkan tokoh A sudah berstatus sebagai pacar dari tokoh F. Tokoh C yang berselingkuh dengan tokoh F serta Tokoh E yang berselingkuh dengan Tokoh B. dan di tambah lagi hubungan antara tiga orang pria tersebut yang ternyata sangat dekat dimana ternyata tokoh A adalah sahabat dari tokoh E dan tokoh E sudah menganggap tokoh C sebagai saudara sendiri, dan tokoh A pun ternyata kenal juga dengan tokoh C. Namun lucunya ketika perselingkuhan ini terjadi mereka bertiga tidak tahu satu sama lainnya bahwa mereka sedang berselingkuh dengan pasangan dari sahabatnya.

Dan yang sangat menarik kejadian perselingkuhan tersebut terjadi pada beberapa hari (3 hari kalau nggak salah) yang sama. Sehingga ketika potongan demi potongan cerita itu terungkap, terasa seperti melengkapi sebuah puzzle demi puzzle sehingga terkuaklah bentuk dari puzzle tersebut.

Read more...

ide minggu ini.........

>> Sunday 5 April 2009

minggu ini ada 2 ide bwat TVC - TVC-an yang terlintas di otak gw...

ide Pertama

brand : Gmail
Judul : Gmail Undo

Disuatu pagi yang cerah disebuah perkampungan, tepatnya di sebuah rumah yang asri dengan halaman yang banyak tanamannya dan ada suara burung berkicau.

Seorang pemuda keluar dari rumahnya kemudian mengunci pintu dan berjalan keluar melalui halaman dengan ekspresi wajah yang sangat ceria. Sambil bersiul - siul menyanyikan lagu "Can't Smile Without You" pemuda tersebut berjalan menyusuri jalanan gang sambil menyapa orang - orang yang di temuinya...

Tiba di ujung gang, si pemuda berbelok kekiri dan menuju kotak pos dan berhenti di depannya. Kemudian pemuda tersebut mengambil dua buah amplop dari dalam tasnya, namun begitu di ambil ternyata salah satu amplop tutupnya terbuka. Dengan sigap si pemuda tersebut mengambil Glue Stick dari dalam tasnya dan merekatkan kembali tutup amplop tersebut. Kemudian setelah memastikan bahwa amplop tersebut sudah tertutup dengan rapat, di masukkanlah amplop tersebut ke dalam kotak pos.

Dan dengan riangnya si pemuda tersebut berbalik arah bermaksud untuk balik ke rumahnya. Namun baru beberapa langkah berjalan tiba - tiba pemuda tersebut tersetak sambil, menepukkan tangannya ke jidat dengan keras....

[Flash Back]
Adegan waktu merekatkan lem...
disitu tampak warna surat dan amplopnya berbeda
[end of flash back]

Dan dengan spontan berbalik lari ke arah kotak pos dan berusaha memasukkan tangan ke dalam kotak pos... namun ternyata lubangnya terlalu kecil...

[Rolling Back]
sampai adegan sebelum keluar rumah... tepatnya saat sedang memasukkan surat ke dalam amplop. [end of rolling back]
[flash back]
diperlihatkan secara zoom dua buah surat bertuliskan :

Dear My Love Rina ,
bla bla bla
dengan kertas surat berwarna cokelat muda.

dan surat lainnya :

Dear My Love Dian
bla bla bla,
dengan kertas surat berwarna merah muda

serta dua buah amplop yang berwarna coklat muda dan merah muda, dimana amplop yang berwarna coklat bertuliskan :
Kepada Rina,
bla bla bla...
dan amplop berwarna merah muda bertuliskan :
Kepada Dian,
bla bla bla
dan kemudian si pemuda tersebut memasukkan surat coklat muda ke amplop merah muda, dan surat merah muda ke amplop coklat muda.
[end of flash back]

Dengan putus asa si pemuda menggedor - gedor kotak surat tersebut sambil menangis (mewek). kemudian dia duduk di trotoar sambil mencabutin rumput...

[Lensa Fade Blur]

keluar tulisan :

Gmail [logo] [fade in]
present [fade in]

Gmail Undo, [efek jatuh dari atas]
now u can easily undo your email on one click. [slide in from left]



ide dasar : fiermanmuch
ide tambahan : haditama

Read more...

  © Blogger template Simple n' Sweet by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP